Jumat, 10 April 2009

Sejarah berdirinya usaha

Usaha apapun jika bahan baku produksi membumbung tinggi, tentu saja akan membuat pengusaha harus pintar-pintar menyiasati setiap aspek dalam proses produksi agar tidak gulung tikar.

Satu di antara pengusaha batako yang masih eksis adalah Misan Santos. Lelaki berumur 34 tahun ini melakoni bisnis batako dan bahan material bangunan lainnya sekitar 6 tahun lalu.

Jika melongok usahanya sekarang, tampaknya enak betul. Ia tinggal menjalankan proyek yang ada, lantas pembeli baru datang karena promosi dari mulut ke mulut pelanggannya. Tapi, kalau merunut ke belakang, Pria yang akrab dipanggil Santos ini mengaku berupaya keras agar batako produksinya bisa terus laris.

Sukses kadang tak selalu ditentukan dari awal. Hal ini pula yang dialami Santos yang kuliahnya ternyata sempat drop out. Santos hanya setahun menjadi mahasiswa ekonomi di sebuah universitas di Tasikmalaya.

Ia sempat bekerja di beberapa perusahaan, sebelum akhirnya mendirikan usaha sendiri. Sekarang karyawannya berjumlah 15 orang yang berasal dari Sukabumi dan beberapa saja berasal dari masyarakat sekitar.

Setelah 6 tahun berwira usaha, pemilik sekaligus pendiri Ellin Lestari Batako ini, merasa banyak hal-hal baru yang ia dapatkan, baik dari pengalaman maupun materi.

Sempat Jadi Karyawan Restoran
Pria kelahiran Tangerang, 2 Januari 1973 ini, memulai usahanya dari hanya memiliki dua alat cetak batako dan 3 karyawan saja yang bertempat di rumahnya. Misan mengaku, ide bisnisnya muncul setelah masa krisis dan PHK yang dialaminya. Sebelumnya, Santos pernah bekerja di Astra dan sebuah restoran di kawasan Blok M.

Selama masa bekerja itulah, Santos meminang mantan pacarnya, yang kini menjadi istrinya, Puji Lestari. Sampai pada saat terjadi kebakaran di restoran tempatnya bekerja, dan hal tersebutlah yang mengharuskan ia dirumahkan.

Hanya beberapa bulan Santos menganggur, melalui informasi dari temannya, Santos menggali informasi mengenai modal, produksi, distribusi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan usaha mendirikan pabrik batako.

Karena masih tergolong awam, banyak kendala yang dihadapinya. Di antaranya, Santos harus pontang-panting mencari pinjaman membayar gaji pembuatan batako dan kendaraan operasional.

Namun, dari pengalaman buruk itulah Santos jadi mafhum bagaimana menjadi seorang wirausaha. Nyatanya, setelah itu, usahanya semakin maju dan banyak pesanan.
Santos mengaku dirinya belum memiliki pengetahuan apa-apa kala itu. Tapi, keadaan ini justru mendorongnya untuk terus belajar dalam pembuatan batako.

Usaha gigih Santos mulai menunjukkan hasil. Satu per satu klien ia dapatkan. Dalam perjalanannya, pangsa pasar Santos semakin melebar. Bila semula hanya sebatas pembeli perorangan, usahanya terus meluas hingga ke toko-toko material bangunan dan berbagai proyek.

Adapun yang menjadi kendala cukup serius saat ini adalah dalam hal penagihan. “Banyak juga yang menunda-nunda pembayarannya. Tapi, biar begitu, pelanggan saya tetap melunasinya,” kata anak kedua dari empat bersaudara ini.

Santos melihat prospek usaha ini cukup menjanjikan dan memprediksikan permintaan akan terus berdatangan seiring dengan pesatnya pembangunan. “Yang penting kita menjaga kualitas produk. Kalau mutunya bagus, konsumennya pasti tidak akan lari,” katanya yakin.

Ellin Lestari Batako
Didirikan awal 2002 oleh Santos, Ellin Lestari Batako mengalami banyak sekali perubahan dan pasang surut. Pabrik batako yang diberi nama dari nama anak sang pemilik ini, semula hanya memiliki dua alat cetak saja hingga memiliki perangkat mesin cetak sendiri, dan sampai saat ini telah memiliki kendaraan operasional yang cukup memadai, yaitu 2 truk besar dan 1 pick up.

Bahan material yang diproduksi di Ellin Lestari adalah batako kapur dan batako pres. Untuk bahan teras didatangkan langsung dari Bogor, sedangkan kapurnya berasal dari Karawang. Batako pres terbuat dari teras super, semen dan oker yang didatangkan dari Gunung Sindur.

Selain itu, pabrik ini juga menjual material lain seperti pasir, split, batu kali, dan sebagainya.

Dari usaha yang dirintis Santos, selain untuk dirinya sendiri, paling tidak Santos juga telah membuka lapangan kerja bagi orang lain.

Ayah dua anak ini mengharapkan usahanya dapat berkembang lagi, sehingga semakin banyak tenaga kerja yang ditampungnya. Dengan begitu, ia bisa membantu pemerintah mengentaskan masalah lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran, terutama bagi warga sekitar pabrik.